Gairah pondok pesantren
untuk terus berkembang semakin menggeliat seiring berkembangnya zaman.
Pondok pesantren kini tidak hanya dikenal sebagai ‘lumbung ‘ pendidikan agama,
tetapi juga sebagai lembaga pendidikan multi yang mampu mendidik banyak aspek dalam
kehidupan para santrinya. Kyai sebagai sosok utama dalam proses pendidikan di
Pondok benar-benar menjadi uswah hasanah dalam segala hal yang berlaku
di Pondok Pesantren, karena pondok adalah desain seorang Kyai yang mendirikan
pondok tersebut tanpa adanya intervensi dari pihak manapun.
Dulu, Al-Mizan sejak berdirinya pada tahun 1993, telah menerima
santri baik putra maupun putri, dengan format kelas campuran, ini berjalan
hingga 18 tahun semenjak berdirinya pondok. Format ini jamak digunakan hamper seluruh
sekolah di Indonesia, bercampur dalam sekelas laki-laki dan perempuan. Padahal
dalam hukum Islam telah dijelaskan adanya larangan ber-Khalwat
(bercampur) antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram dalam satu tempat,
sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
لا يخلونّ رجل مع امرأة وثالثهما الشيطان (رواه
أحمد)
Artinya : “Janganlah
sekali-kali seorang pria berduaan dengan seorang wanita
Karena yang
ketiganya adalah Syetan (HR Ahmad)”
Inilah yang menjadi salah satu acuan, karena Al-Mizan ingin mendidik
para santrinya secara Islami dengan seutuhnya, dengan menanamkan sikap dan
akhlaq yang sesuai dengan ciri ajaran Islam. Maka, timbulah keinginan untuk
memisahkan pendidikan antara putra dan putri, tidak hanya kelas, lokasinya pun
terpisah.
Memasuki pertengahan tahun 2012, Pondok Pesantren Modern Al-Mizan
diumurnya yang ke-19 memulai sebuah langkah besar dengan memisahkan proses pendidikan bagi santri putra dan putri,
mendirikan lokasi pondok baru di Cikole, Pendeglang, yang akan menjadi pusat
pendidikan bagi santri putri Al-Mizan. Pemisahan ini bukan tanpa alasan, banyak
hal yang menjadi pertimbangan kala Pimpinan Pondok, Drs KH Anang Azharie Alie,
M.Pd.I merencanakan perkembangan Pondok Putri Al-Mizan.
Prospek
Al-Mizan Putra
Dengan semangat baru, mulai tahun ajaran baru ini para santri
Al-Mizan akan diarahkan untuk mampu menyesuaikan diri dengan suasana baru
setelah dipisahnya kawasan Pondok bagi Putra dan Putri. Dengan adanya pemisahan
ini, diharapkan para santri mampu bergerak aktif dan bebas secara positif dan
lebih mampu mengembangkan aspek yang ada dan menciptakan hal-hal baru yang mampu mendukung pengembangan bakat dan
potensi para santri Al-Mizan putra baik Intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
Pendidikan seorang siswa sesungguhnya adalah ketika santri memiliki
lingkungan yang mampu mendukung secara penuh perkembangan secara moril, dan itu
hanya mampu tercipta apabila dihapusnya unsur-unsur khalwat dalam proses pendidikan yang berlangsung di
Al-Mizan. Dengan terciptanya lingkungan baru, para santri putra diharapkan
mampu bergerak dinamis dan berkembang aktif dalam berbagai aspek lainnya. Hal
ini diharapkan agar santri mampu menjadi Insan Kamil yang militan dan
mampu melakukan banyak hal, sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat kelak.
Etos kerja, kemandirian, aktifitas dan kreatifitas, adalah beberapa
hal yang menjadi tolak ukur kemampuan para santri putra untuk membuktikan diri
bahwa mereka mampu bekerja mandiri, ikhlas, mau berjuang, sesuai dengan visi
dan misi pondok dan berlandaskan Panca Jiwa Pondok dan Moto Pondok yang
menciptakan orang-orang yang mampu menghidupi dalam hidup, menciptakan para
pemimpin ummat di masa depan kelak, bersiaplah putra-putra Al-Mizan.
Prospek
Al-Mizan Putri
Poin-poin yang harus dikembangkan diatas juga berlaku bagi santri
putri. Dengan semangat lingkungan baru di cikole, diselimuti sejuknya suasana
panorama pesawahan dan gunung, diharapkan mampu menciptakan suasana yang lebih
kondusif untuk menunjang pendidikan santri putri yang aktif. Aktif disini bukan
berarti sama dengan keaktifan putra yang agak keras dan maskulin, tetapi dengan
tetap menjaga nilai-nilai keputrian yang selayaknya yang sesuai dengan
jiwa-jiwa muslimah yang baik. Para santri putri memiliki kesempatan yang sama
untuk mengembangkan dirinya dalam bebagai hal. Pemisahan ini tidak mempesulit,
justru ini adalah sebuah momen besar untuk membentuk wanita-wanita muslimah
yang mandiri, mampu melakukan berbagai macam tugas (multitasking), mampu
melakukan segala sesuatunya dengan kemampuan yang ada di lingkungan sendiri.
Tentu banyak kekurangan yang ditemukan dalam langkah awal Al-Mizan
Putri, hambatan-hambatan yang ada, kesulitan-kesulitan yang dihadapi, semua
akan menjadi pengalaman yang tak ternilai dan cerita yang dibanggakan bagi para
santri Putri perdana yang kini tinggal di Al-Mizan Putri. Semua kekurangan
tersebut agar tidak menjadi beban dan alasan untuk berkeluh kesah, berbanggalah
putri-putri Al-Mizan karena saat ini kalian ditempa untuk menjadi muslimah
terbaik bagi ummat, dididik untuk mampu hidup semandiri Khadijah dan secerdas
Aisyah, Insya Allah
Segala kekurangan tersebut adanya menjadi sebuah penopang dan
landasan untuk mau bergerak, memajukan diri, bersama ,mengembangkan pondok,
bersama memikirkan dan membantu pondok untuk lebih baik lagi, karena pondok
yang kita tempati sekarang adalah milik kita bersama, kita hidup bersama, iuran
bersama, bertanggungjawab bersama, menghadapi kesulitan bersama, dan
menyelesaikan masalah-msalah yang ada bersama, bukan dengan mengkritik, mencela
pondok, menyebarkan kekurangan-kekurangan pondok kita, bila seperti itu, tak
ubahnya kita menyebarkan aib kita sendiri kepada khalayak ramai. Maka bantulah
semampu kita, Itulah ukhuwah islamiyah kita, sharing, konsultasi, musyawarah
sangat penting dilakukan mengingat pondok putri barulah meletakan pondasi awal
yang dibentuk bangunan indah diatasnya, dan bangunan indah itu adalah para
putri-putri Al-Mizan yang matang, yang tidak hanya memiliki kecantikan paras,
tapi juga inner beauty, kecantikan dari dalam secara moral dan tingkah
laku, putri-putri Al-Mizan yang sukses dalam pengabdiannya untuk pondok, agama,
dan masyarakat. Amin.
Pondok
adalah Miniatur Kehidupan
Pada hakekatnya, seperti yang diuraikan daam kuliah umum pondok
dalam Khutbatul ‘Arsy, pondok pesantren terbentuk karena adanya santri yang
ingin belajar kepada kyai, maka pondok bukan hanya tanggungjawab kyai ataupun
asatidz yang ada di pondok, rasa tanggungjawab itupun harus dimiliki setiap
santri yang hidup dan belajar di Al-Mizan. Harus memiliki rasa ikhlas dididik,
ditempa, dan diberikan pengajaran, bukan malah berkeluhkesah bahkan menangis
apabila pondok dirasa kurang sesuai dengan apa yang diinginkan, Pondok bukan
hotel !
Disini kita ditempa untuk punya rasa peka terhadap lingkungan
sekitar, dididik untuk belajar hidup di masyarakat, masyarakat pondok
pesantren.Pondok adalah miniatur kehidupan yang tertata dengan disiplin,
sunnah-sunnah, jiwa dan filsafat hidup. Mungkin kita tidak banyak yang mengerti
beberapa ungkapan seperti “Berani hidup tak takut mati, takut mati jangan
hidup, takut hidup mati saja” apabila masih hidup dilingkungan pondok. Tapi
orang-orang terdahulu baru mengerti hakikat ungkapan tersebut ketika mereka
telah menghadapi hidup yang sesungguhnya di luar sana. Dan mereka menyadari,
bahwa segala yang mereka dengar, lihat, dan rasakan adalah bekal yang tak
ternilai harganya untuk mampu berperan dalam kehidupan di lingkungan masing-masing.
Terimalah, nikmatilah, resapilah segala langkah yang kalian pijakan
di Al-Mizan ini, jangan ,mengharap balasan, bergeraklah ! karena ganjaran
orang-orang yang membantu pondok adalah hasil yang mereka kerjakan selama di
pondok. Bergeraklah ! maka kita hidup mendapatkan apa yang kita lakukan dalam
pergerakan hidup kita.
Semoga
kita selalu menjadi orang yang berjiwa besar, hidup dengan keikhlasan dan
memiliki daya juang. Karena kita hidup untuk menjadi seorang pemimpin, dididik
untuk menjadi seorang yang mampu menciptakan hidup. Karena kita belajar di
Al-Mizan, wahana pendidikan hidup, mempersiapkan diri kita untuk menjadi kader
ummat terbaik untuk dunia. Bismillah