Sabtu, 15 Maret 2014

Gairah pondok pesantren  untuk terus berkembang semakin menggeliat seiring berkembangnya zaman. Pondok pesantren kini tidak hanya dikenal sebagai ‘lumbung ‘ pendidikan agama, tetapi juga sebagai lembaga pendidikan multi yang mampu mendidik banyak aspek dalam kehidupan para santrinya. Kyai sebagai sosok utama dalam proses pendidikan di Pondok benar-benar menjadi uswah hasanah dalam segala hal yang berlaku di Pondok Pesantren, karena pondok adalah desain seorang Kyai yang mendirikan pondok tersebut tanpa adanya intervensi dari pihak manapun.

Dulu, Al-Mizan sejak berdirinya pada tahun 1993, telah menerima santri baik putra maupun putri, dengan format kelas campuran, ini berjalan hingga 18 tahun semenjak berdirinya pondok. Format ini jamak digunakan hamper seluruh sekolah di Indonesia, bercampur dalam sekelas laki-laki dan perempuan. Padahal dalam hukum Islam telah dijelaskan adanya larangan ber-Khalwat (bercampur) antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram dalam satu tempat, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

لا يخلونّ رجل مع امرأة وثالثهما الشيطان (رواه أحمد)
Artinya :     “Janganlah sekali-kali seorang pria berduaan dengan seorang wanita
                   Karena yang ketiganya adalah Syetan (HR Ahmad)”

Inilah yang menjadi salah satu acuan, karena Al-Mizan ingin mendidik para santrinya secara Islami dengan seutuhnya, dengan menanamkan sikap dan akhlaq yang sesuai dengan ciri ajaran Islam. Maka, timbulah keinginan untuk memisahkan pendidikan antara putra dan putri, tidak hanya kelas, lokasinya pun terpisah.

Memasuki pertengahan tahun 2012, Pondok Pesantren Modern Al-Mizan diumurnya yang ke-19 memulai sebuah langkah besar dengan memisahkan  proses pendidikan bagi santri putra dan putri, mendirikan lokasi pondok baru di Cikole, Pendeglang, yang akan menjadi pusat pendidikan bagi santri putri Al-Mizan. Pemisahan ini bukan tanpa alasan, banyak hal yang menjadi pertimbangan kala Pimpinan Pondok, Drs KH Anang Azharie Alie, M.Pd.I merencanakan perkembangan Pondok Putri Al-Mizan.

Prospek Al-Mizan Putra

Dengan semangat baru, mulai tahun ajaran baru ini para santri Al-Mizan akan diarahkan untuk mampu menyesuaikan diri dengan suasana baru setelah dipisahnya kawasan Pondok bagi Putra dan Putri. Dengan adanya pemisahan ini, diharapkan para santri mampu bergerak aktif dan bebas secara positif dan lebih mampu mengembangkan aspek yang ada dan menciptakan hal-hal baru yang   mampu mendukung pengembangan bakat dan potensi para santri Al-Mizan putra baik Intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.

Pendidikan seorang siswa sesungguhnya adalah ketika santri memiliki lingkungan yang mampu mendukung secara penuh perkembangan secara moril, dan itu hanya mampu tercipta apabila dihapusnya unsur-unsur khalwat  dalam proses pendidikan yang berlangsung di Al-Mizan. Dengan terciptanya lingkungan baru, para santri putra diharapkan mampu bergerak dinamis dan berkembang aktif dalam berbagai aspek lainnya. Hal ini diharapkan agar santri mampu menjadi Insan Kamil yang militan dan mampu melakukan banyak hal, sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat kelak.

Etos kerja, kemandirian, aktifitas dan kreatifitas, adalah beberapa hal yang menjadi tolak ukur kemampuan para santri putra untuk membuktikan diri bahwa mereka mampu bekerja mandiri, ikhlas, mau berjuang, sesuai dengan visi dan misi pondok dan berlandaskan Panca Jiwa Pondok dan Moto Pondok yang menciptakan orang-orang yang mampu menghidupi dalam hidup, menciptakan para pemimpin ummat di masa depan kelak, bersiaplah putra-putra Al-Mizan.

Prospek Al-Mizan Putri

Poin-poin yang harus dikembangkan diatas juga berlaku bagi santri putri. Dengan semangat lingkungan baru di cikole, diselimuti sejuknya suasana panorama pesawahan dan gunung, diharapkan mampu menciptakan suasana yang lebih kondusif untuk menunjang pendidikan santri putri yang aktif. Aktif disini bukan berarti sama dengan keaktifan putra yang agak keras dan maskulin, tetapi dengan tetap menjaga nilai-nilai keputrian yang selayaknya yang sesuai dengan jiwa-jiwa muslimah yang baik. Para santri putri memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan dirinya dalam bebagai hal. Pemisahan ini tidak mempesulit, justru ini adalah sebuah momen besar untuk membentuk wanita-wanita muslimah yang mandiri, mampu melakukan berbagai macam tugas (multitasking), mampu melakukan segala sesuatunya dengan kemampuan yang ada di lingkungan sendiri.

Tentu banyak kekurangan yang ditemukan dalam langkah awal Al-Mizan Putri, hambatan-hambatan yang ada, kesulitan-kesulitan yang dihadapi, semua akan menjadi pengalaman yang tak ternilai dan cerita yang dibanggakan bagi para santri Putri perdana yang kini tinggal di Al-Mizan Putri. Semua kekurangan tersebut agar tidak menjadi beban dan alasan untuk berkeluh kesah, berbanggalah putri-putri Al-Mizan karena saat ini kalian ditempa untuk menjadi muslimah terbaik bagi ummat, dididik untuk mampu hidup semandiri Khadijah dan secerdas Aisyah, Insya Allah

Segala kekurangan tersebut adanya menjadi sebuah penopang dan landasan untuk mau bergerak, memajukan diri, bersama ,mengembangkan pondok, bersama memikirkan dan membantu pondok untuk lebih baik lagi, karena pondok yang kita tempati sekarang adalah milik kita bersama, kita hidup bersama, iuran bersama, bertanggungjawab bersama, menghadapi kesulitan bersama, dan menyelesaikan masalah-msalah yang ada bersama, bukan dengan mengkritik, mencela pondok, menyebarkan kekurangan-kekurangan pondok kita, bila seperti itu, tak ubahnya kita menyebarkan aib kita sendiri kepada khalayak ramai. Maka bantulah semampu kita, Itulah ukhuwah islamiyah kita, sharing, konsultasi, musyawarah sangat penting dilakukan mengingat pondok putri barulah meletakan pondasi awal yang dibentuk bangunan indah diatasnya, dan bangunan indah itu adalah para putri-putri Al-Mizan yang matang, yang tidak hanya memiliki kecantikan paras, tapi juga inner beauty, kecantikan dari dalam secara moral dan tingkah laku, putri-putri Al-Mizan yang sukses dalam pengabdiannya untuk pondok, agama, dan masyarakat. Amin.

Pondok adalah Miniatur Kehidupan

Pada hakekatnya, seperti yang diuraikan daam kuliah umum pondok dalam Khutbatul ‘Arsy, pondok pesantren terbentuk karena adanya santri yang ingin belajar kepada kyai, maka pondok bukan hanya tanggungjawab kyai ataupun asatidz yang ada di pondok, rasa tanggungjawab itupun harus dimiliki setiap santri yang hidup dan belajar di Al-Mizan. Harus memiliki rasa ikhlas dididik, ditempa, dan diberikan pengajaran, bukan malah berkeluhkesah bahkan menangis apabila pondok dirasa kurang sesuai dengan apa yang diinginkan, Pondok bukan hotel !

Disini kita ditempa untuk punya rasa peka terhadap lingkungan sekitar, dididik untuk belajar hidup di masyarakat, masyarakat pondok pesantren.Pondok adalah miniatur kehidupan yang tertata dengan disiplin, sunnah-sunnah, jiwa dan filsafat hidup. Mungkin kita tidak banyak yang mengerti beberapa ungkapan seperti “Berani hidup tak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup mati saja” apabila masih hidup dilingkungan pondok. Tapi orang-orang terdahulu baru mengerti hakikat ungkapan tersebut ketika mereka telah menghadapi hidup yang sesungguhnya di luar sana. Dan mereka menyadari, bahwa segala yang mereka dengar, lihat, dan rasakan adalah bekal yang tak ternilai harganya untuk mampu berperan dalam kehidupan di lingkungan masing-masing.

Terimalah, nikmatilah, resapilah segala langkah yang kalian pijakan di Al-Mizan ini, jangan ,mengharap balasan, bergeraklah ! karena ganjaran orang-orang yang membantu pondok adalah hasil yang mereka kerjakan selama di pondok. Bergeraklah ! maka kita hidup mendapatkan apa yang kita lakukan dalam pergerakan hidup kita.

Semoga kita selalu menjadi orang yang berjiwa besar, hidup dengan keikhlasan dan memiliki daya juang. Karena kita hidup untuk menjadi seorang pemimpin, dididik untuk menjadi seorang yang mampu menciptakan hidup. Karena kita belajar di Al-Mizan, wahana pendidikan hidup, mempersiapkan diri kita untuk menjadi kader ummat terbaik untuk dunia. Bismillah

Selasa, 11 Maret 2014

Perubahan atau perombakan adalah rencana besar yang sudah lama dinginkan oleh Bapak Pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-Mizan  Drs. KH. Anang Azhari Alie, M.Pd.I, sudah berulang kali beliau sampaikan dalam setiap pertemuan-pertemuan rapat internal dewan guru yang rutin diadakan setiap satu pekan sekali.
Mengapa Beliau ingin mengadakan perubahan/ restrukturisasi organisasi pondok ?, Dalam setiap mukadimah rapat beliau sering sampaikan ingin sekali adanya penyegaran (refresh) atau perubahan (change) dalam struktur organisasi pondok dan juga orang-orang yang menjabat didalamnya. Demi suatu tujuan dan harapan terbesar, agar ada dinamisasi / gerakan perubahan kearah yang lebih baik lagi dari setiap masing-masing bagian, walaupun beliau merasakan bahwa jabatan yang sudah ada cukup berjalan dengan baik hanya saja belum optimal dan maksimal, mudah-mudahan setelah reshuffle atau penyusunan ulang kembali orang-orang yang menjabat dalam suatu jabatan organisasi pondok dapat memberikan hembusan angin segar dan iklim disiplin yang lebih harmonis dan kondusif bagi perkembangan Pondok Pesantren Modern Al-Mizan itu sendiri.
Walaupun rencana  ini, seyogyanya akan Beliau finalkan setelah pulang kembali dari tanah suci makkatulmukarromah setelah selesai menunaikan ibadah haji yang ke-3 kalinya, karena pada musim haji tahun ini, Belaiu mendapat amanat untuk membimbing para calon hujjaj dari masyarakat kab. Lebak sebagai kepala kloter.
Penangguhan restrukturisasi ini untuk lebih dapat mencermati dan memikirkan lebih mendalam (istikhoroh) terhadap calon-calon personil organisasinya, agar tidak terjadi kesalahan dalam penunjukan dan pengangkatan (-the wrong man on the wrong place-), yang dapat berimbas menjadi sebab kemandegan/ stagnasi program-program kerja pondok itu sendiri, sehingga roda keorganisasian tidak dapat berjalan dan berproses dengan baik dan lancar, atau kalaupun seandainya berjalan, jangan sampai tersendat-sendat atau mogok bahkan mati ditengah jalan.
Kalau perjalanan sebuah keorganisasian dilaksanakan secara dinamis maka tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai oleh pondok Al-Mizan, agar kedepan menjadi semakin maju lagi dalam perkembangannya, dan semakin tambah eksis konsistensinya dalam memberikan warna perubahan di tanah banten khususnya dan bumi pertiwi Indonesia secara luas tentunya akan mudah dapat cepat tercapai.
Ada 3 hal yang beliau soroti yang masih kurang optimal dan berjalan dengan baik pada kepengurusan pondok di priode-priode sebelumnya, diantaranya ;
  1. Al-Ijro/ Action/ Bertindak, inilah yang belum sepenuhnya dikerjakan oleh beberapa bagian dalam organisasi pondok yang sudah ada, walaupun sesungguhnya masing-masing bagian sudah memiliki tugas-tugas pokok dalam bentuk program-program kerja pondok jangka pendek dan jangka panjang.
  2. Dalam menjalankan fungsi controlling yang sudah menjadi wewenang kepala bagian dalam jabatan masing-masing untuk mengajak bekerja sama terhadap bawahannya (guru-guru pengabdian) pada tiap-tiap tugas dalam bagiannya. Dan controlling ini pun merupakan salah satu fungsi urgen yang harus diemban oleh pimpinan pondok.
  3. Melaksanakan evaluasi kerja secara tentatif, kontinuitas, berjenjang dan berkesinambungan, baik dilakukan dalam satu bulan atau pun persemester, sehingga apa saja yang sudah dikerjakan dapat dilihat dan dinilai hasil kerjanya, apabila baik maka ia akan mendapat reward secara fuj’ah dari bapak pimpinan, dan apabila terasa masing kurang maka ia pun akan tahu kekurangannya dan dapat menambah dan memperbaiki apa yang telah menjadi kelemahan dan kekurangannya itu.
Ketiga hal diatas itulah yang beliau berikan penilaian selama ini belum dapat dimaksimalkan, dan beliau berharap setelah adanya restrukturisasi ini, ke 3 hal diatas yang yang telah menjadi PR semua komponen dalam jabatan kepengurusan pondok, dapat dilaksanakan dan ditunaikan dengan baik dan sekaligus dapat dievaluasi berlanjut secara berkala.
Adapun dasar pergantian kepengurusan pondok adalah sesuai dengan prinsif dan motto Pondok-Pondok Modern adalah “SIAP MEMIMPIN DAN SIAP DIPIMPIN” dan tujuannya juga untuk menggerakan siklus organizasing dengan memberikan kesempatan kepada masing-masing guru agar dapat merasakan posisi pada bagian-bagian tertentu dan juga dapat menambah wawasan pengalamannya dalam berorganisasi  pada jabatan-jabatan yang sudah ada dan terbentuk di pondok. Beliau pun berinisiatif untuk mengadakan mubes (musyawarah besar) dalam melakukan perubahan dan pergantian kepengurusan ini secara periodik 3 tahun sekali. Sehingga dalam kurun 3 tahun mereka bertugas dan menjabat dapat meninggalkan atsar atau warna yang baik dan berarti yang akan selalu diteruskan secara estafet oleh penerusnya/ regenerisasi. Dan diharapkan juga dalam kurun waktu 3 tahun ketika menjabat mereka dapat melahirkan dan membentuk kader-kader penerus (kaderisasi) yang tak kenal putus dan habis.
Yang demikian itu, pada akhirnya kemajuan Al-Mizan akan mudah dan cepat tercapai bukan hanya karena faktor gerakan-gerakan Bapak pimpinannya saja sebagai nahkoda penggerak dalam garda terdepan keorganisasian yang ada di pondok, Melainkan juga karena SISTEM. Maka sistem inilah yang harus oleh semua pihak di laksanakan dan ditunaikan dengan sebaik-baiknya dan penuh rasa tanggung jawab (sense of responsibility).
MOHON DOA RESTU SEMUA PIHAK AGAR AL-MIZAN SEMAKIN JAYA, AMIEEN


Drs. KH. Anang Azhari Alie, M.Pd.I
قال الله تعالى: ياأيها الذين آمنوا إن تتقوا الله يجعل لكم فرقانا (الانفال 29)
اي علما تفرّقون به بين الحقائق وتفصّلون به بين الحق والباطل.
عباد الله، إنّه ممّا لاشكّ فيه أنّ العلمَ شرفٌ ونورٌ وفضيلةٌ، وأنّ الجهلَ شرٌّ وبلاءٌ ورذيلةٌ، وأنّ العلمَ النافعَ مصدرُ الفضائلِ ويَنْبُوعُها وأنّ الجهلَ مَكْمَنُ الرذائلِ وبُؤْرَتُها وأنّ العلمَ أعذبُ الموَارِدِ ومَجمعُ الشوارِدِ، وأنه بالعلم النافع يتحقّق للافراد والمجتمعات بناءُ الامجاد وتشيـيد الحضارات، كما أنّه بالجهل تَـتَزَعْزَعُ الأركان ويَتَصَدَّعُ عامِرُ البُنْيَانِ ويَحِلّ الدَّمَارُ بين الإنسان. لذلك كله لِمَا للعلم من شرف المَكانة وعظيم الْمنْـزِلة، جاء دينُنا الاسلاميُّ الحنيفُ بالحثّ على العلم والترغيب فيه، والتشجيع على سلوك سبيله، وأن سلوكَ سبيلِ العلمِ النافعِ طريقٌ الى دخول الجنّة بإذن الله.
صحّ عن رسول الله صلى الله عليه وسلّم أنّه قال (من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهّل الله له به طريقا ال الجنّة) رواه مسلم من حديث ابى هريرة رضي الله عنه.   
أمةّ الاسلام! كم فى كتاب الله من الآيات الكريمة فى هذا الموضوع المُهِمِّ، ألم تقرؤوا قوله سبحانه (وقل ربّ زدنى علما)* طه 144 وقوله سبحانه (إنما يخشى الله من عباده العلماء)* فاطر 28، وقوله تعالى (قل هل يستوى الذين يعلمون والذين لا يعلمون)*المجادلة 11
كذلك كان رسول الله صلى الله عليه وسلّم  وهو المعلّم الاوّل قدوة حسنة فى هذا المجال، فجاء فى سننه القوليّة والعمليّة مايبيّن المقامَ الاسمى فى هذا الأمر العظيم. أما سلفنا الصالح_رحمهم الله_ فقد سطّروا أنصع الصّفحات وضربوا أروع الأمثلة فى الحرص على العلم، وقطعوا الفَيَافِيَ والقَفَارَ للرحلة فى طلبه، حتى خلّف ذلك العهد حضارةً علميّة متنوّعة، لم يشهد التاريخ لها مثيلا، وتبوّأت المكتبة الاسلاميّة فى شتّى العلوم والفنون أوج مكانتها، وماذلك الاّ بتوفيق الله سبحانه، ثمّ بالاخلاص فى طلب العلم، حيث لم تدنّسه الأطماع الدنيويّة والمطامح المادّية، ثمّ بالمنهج السليم والجدّ والمثابرة ممّا يتطلّب من طلاّب العلم اليوم التأسيّ والاقتداء.
أمّةَ العلم والايمان! إنّ أعظم بليّةٍ بُلِىَ بهاكثيرٌ من المسلمين اليوم، الجهل بدين الله، فهو سبب كل مشكلة، وطريق كلّ معضلة، الجاهل اذا عاش فهو غير معدود، وإذا مات فهو غير مفقود، وما عُبِدَ غيرُ الله، وما تعبّد كثير من الناس بغير شرع الله _من الطرائق والاهواء_ إلاّ نتيجةَ الجهل بجواهِر الإسلام وأصوله السامية.
وبالجملة : فكلّ شرّ وبلاء وفساد وداء في عقيدة الأمة وعباداتها وتصوّراتها وأفكارها وسلوكها، وأخلاقها_فالجهل مصدره والعِيُّ مورده، ومن أحبّ نجاته فطريق العلم سُلَّمُ الوصول لذلك بإذن الله.
وأولى العلم نريده العلم بكتاب الله، تلاوةً وحِفظا وتدبُّرا وتفسيرا، ثمّ العلم بسنّة رسول الله رواية ودراية، وتطببيقا، والعناية بالفقه في دين الله، فى العقيدة والعبادات والمعاملات ونحوها، ليكون المسلم على بصيرةٍ من أمره، كذلك العلم بلغة القرأن الكريم، اللغة العربية الفصحى.
هذا، وإنّ المسلمين اليوم لفى أمسّ الحاجة الى ان يتكوّن منهم أجيالٌ ملمّةٌ بالعلومِ المهمّةِ التي يحتاجها المسلمون، كعلم الطبّ والهندسة والاقتصاد وسواها من فروض الكفاية، ليتسنّى لهم خدمة دينهم والاستغناء عن غيرهم.
فيا أبناءَ الاسلام، وياطلبةَ العلم! وإنّما المُهِمّ فى كل علمٍ إخلاصُ العمل فيه لله وتسخيره لخدمة الدين والعقيدة والدعوة الى الاسلام من خلاله، فلعلّ أبناء المسلمين الذين يستعدّون هذه الايّام لبداية عام دراسىّ جديد، لعلهم ان يعوا هذه القضايا المهمّة فى هذه الرسالة الجليلة.
إتقوا الله عزّ وجلّ يا ابناءَ الاسلام وياطلبةَ العلم فى طلبكم! واعتنوا بالعلم الشرعىّ واسلكوا منهجه الصحيح واطلبوه من أهله الموثوقين،
وانتم أيها المدرّسون –يا من حملتهم أمانة التعليم والتربية لِفِلذات أكباد المُسلمين _إتّقوا الله منهم، واعلموا أنكم مسؤولون عنهم امام الله، فكونوا قدوة لهم وخير مثل _يحتذى فى الخُلُق والاستقامة، واعتنوا بتربيتهم تربية إسلامية صحيحة، تسير العمليّة التعليميّة والتربويّة بخطًا سليمة، فأنتم مربّون قبل ان تكونوا ملَقِّنين.
ودعوة إلى أولياء أمور الطلبة والطالبات، أن يعوا دورَهم الكبيرَ فى متابعة أبناءهم وتفقّد أحوالهم، وإيجاد العلاقة الوطيدة بين الأسرة والمدرسة او المعهد، ليتمّ التعاون البنّاء المثمر علما وعملا وتوجيها وتربية.
هذه أيها المسلمون_إشارة يسيرة فى مهمّة عظيمة، ارجو أن يكون طرحها بمناسبة بدء العام الدراسىّ الجديد حافزا لِلْهِمَمِ، وأن يعي كلّ واحد منّا دوره، ليتمّ لمجتمعاتنا المسلمة ما تصبوا اليه من عزّة ومَنْعةٍ ونصرة ومجد وقوّة_ ونرجو أن يكون العام الذهبيّ لمعهدنا هذا الميزان-حاصلا منذ حدّ الآن إلى زمان بعيد فى المستقبل.
 والله نسأل أن يرزق الجميع العلم النافع والعمل الصالح إنّه جوّاد كريم.
المفردات
مكمن الرذائل         : Pusat/tempat bersarangnya segala kehinaan
بؤرة                    : ينبوع/ مصدر/ مركز
أعذب الموارد          : Pusat referensi yang paling baik
مجمع الشوارد          :    kumpula segala hal yangluar biasa/pusat referensi
فقد سطّروا أنصع الصفحات:
 mereka telah menulis lembaran-lembaran pengetahuan yang terbaik
وقطعوا الفيافي والقفار للرحلة فى طلب العلم:
 mereka menelusuri padang pasir dan gurun dalam melakukan perjalanan menuntut ilmu
مما يتطلّب من طلاب العلوم اليوم التأسي والاقتداء"
 yang dapat diikuti oleh para pelajar sekarang
الجاهل اذا عاش فهو غير معدود، وإذا مات فهو غير مفقود:
  orang bodoh itu jika hidup tidak diperhitungkan dan jika mati tidak akan dirasakan hilang (kehilangan)
دور كبير               : peranan yang besar
تفقّد                    : monitoring
Dalam beberapa dasa warsa terakhir ini di Indonesia acapkali terjdi perbedaan dalam penentuan awal Syawal (idul Fitri). Perbedaan ini tak jarang meninggalkan polemik berkepanjangan di tengah umat.
Mengapa perbedaan itu sering terjadi ? Jawabannya karena ada dua cara yang berbeda dalam memaknai wujudul hilal, yakni Hisab dan Rukyat.
Munculnya perbedaan itu bukan karena beda tanpa berdasar hukum yang menjadi rujukan, akan tetapi karena cara interpretasi mereka  dalam memaknai hadist yang berbunyi :
صُومُوا لِرُؤيَتِهِ وَ أَفطِرُوا لِرُؤيَتِهِ فَإِن غُمَّ عَلَيهِ فَاستَكمِلُواهُ ثَلاَثِينَ يَوماً
Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihatnya, maka apabila tertutup awan sempurnakanlah menjadi 30 hari.
Cara pandang dalam memaknai hadist  inilah  yang  menjadi pangkal perbedaan dalam menetapkan awal dan akhir Romadhon.
Cara yang pertama Rukyat yaitu melihat hilal pada akhir romadhon pada saat maghrib atau istikmal (sempurna), yakni menyempurnakan menjadi 30 hari ketika rukyat terhalang oleh awan (mendung)
Cara yang kedua Hisab yaitu dengan menggunakan perhitungan yang didasarkan pada peredaran  bulan, bumi, dan matahari menurut ahli hisab (ulamul haiat).
Lalu bagaimana cara kita menyikapi perbedaan yang ada antara Hisab dan Rukyat ?. pertama kita harus mengerti prinsif awal cara pandang rukyat berbeda dengan hisab begitu juga sebaliknya, yang kedua kita bisa meminimalisir perbedaan yang ada dengan cara memadukan kedua-duanya dalam satu prinsif yang sama demi kemaslahatan ummah.
Yaitu dengan konsep imkanurrukyah yang menjadi jembatan penghubung dalam mengatasi perbedaan ditengah umat yang semua pihak harus turut dan mau menerima dengan Legowo (lapang dada).
Design by NewWpThemes | Blogger Theme by Hidayat | Hidayat Templates |